Sabtu, 24 Mei 2014

Asal Mula KSB UNLAM

            Kalimantan Selatan adalah salah satu bagian pulau yang ada di Indonesia, yang dianugrahi dengan berbagai kelebihan dan kuantitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah ruah, maka dari itu tidak salah kalau kalimantan selatan bisa dikatakan daerah yang kaya. Kekayaan tersebut juga dapat dilihat pada keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan kesenian tradisi yang juga dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut.
Sayangnya di kalimantan selatan banyak unsur-unsur budaya, adat istiadat, dan kesenian tradisi yang hampir punah karena lekang oleh zaman dan terpengaruholeh masuknya kebudayaan asing melalui arus gloobalisasi yang berpangkal pada majunya teknologi dan informasi. Sungguh sebuah keadaan yang memprihatinkan jika dulu masyarakat kita kalimantan selatan masih menjalankan adat seperti ritual-ritual yang dilakukan dalam sebuah prosesi perkawinan seperti bamandi-mandi, pangantin bausung, dan pangantin baarak bakarita. Juga ritual-ritual lain seperti batapung tawar, dan seterusnya. Sementara pada bidang kesenian kita mengenal istilah-istilah seperti balamut, bagandut, bakisah, dundam, wayang gong, kuda gepang, musik panting, manoping dan lain-lain. Akan tetapi sekarang ini hal-hal tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat tanpa adanya usaha yang mengarah pada pelestarian adat dan budaya tersebut.
           Persoalan mencintai, memelihara dan mengembangkan budaya tidak pernah selesai dibicarakan, meskipun selalu dikomunikasikan sebagai bentuk kepedulian. Tetapi setiap dibicarakan atau didiskusikan semakin sulit untuk merealisasikannya dalam bentuk tindakan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dalam keadaan pertahanan budaya yang rapuh dan semakin ditinggalkan masyarakat pendukungnya, memang harus ada upaya konkret yang dapat mengembalikan kesadaran budaya agar warisan budaya sebagai identitas suku bangsa tetap terpelihara dengan baik.
Sesungguhnya warisan budaya merupakan identitas suku bangsa yang berbudaya, sumber inspirasi dan penguat jati diri bahkan sebagai sumber ekonomi. Kini warisan budaya yang bernilai tinggi tersebut banyak yang tergusur karena kitatidak bangga lagi, tidak ada rasa memiliki dan cukup menyedihkan tidak tertarik untuk mengembangkan serta menyesuaikannya dengan tuntunan keadaan. Oleh karenanya upaya untuk mengungkapkan warisan budaya yang diyakini dapat menggugah peningkatan kreativitas dan sekaligus mempertahankan identitas suku bangsa yang berbudaya luhur itu perlu dilakukan sebagai wujud kesadaran budaya.
             Berangkat dari segelintir permasalahan dan kegelisahan diatas, sudah saatnya mahasiswa sebagai agen perubahan sosial untuk bergerak dan lebih intens mengeksplorasi kreativitas dalam sebuah wadah guna melestarikan khazanah dan warisan budaya sebagai perwujudan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
Dimapa garang???
Nang ngaran Kampung Seni dan Budaya jadi handak diulah…
Nah…nang damia dangsanakai. Kampung seni dan budaya dibari ngaran, kampung seni dan budaya naya merupakan sebagai wadah dalam malastariakan, mangambangakan, dan maasah minat bakat mahasiswa dalam hal seni dan budaya tradisional kalimantan selatan, lawan kada maninggalakan jua seni dan budaya nasional/mudirin. Kampung seni dan budaya naya marupaakan badan koordinasi dari Unit Kerja Mahasiswa di Fakultas-Fakultas nang ada di Universitas Lambung Mangkurat dalam bidang seni dan budaya, lawan jua dalam kampung seni dan budaya naya kadada istilah nang ”BARARAJAAN LAWAN BAHAHARATAN”, samunyaan sama pada saniman nang tulus dan ikhlas dalam malastariakan adat tradisi laluhur.
Sejarah Berdirinya Kampoeng Seni Boedaja
Kampung seni dan budaya terbentuk dari hasil diskusi-diskusi kecil yang dilakukan oleh Hasby R, Bambang E.H, Adie R, M.Rizal M dan Maulidi NB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar