Jumat, 06 Juni 2014

Kisah Datu Ahmad Balimau

Tugas dakwah tidaklah mengenal waktu dan tempat. Dari sekian banyak keturunan Datu Kalampayan yang berdakwah keuar daerah, tersebutlah nama ‘ Alimul ‘ Allamah Haji Ahmad bin ‘ Alimul ‘ Allamah Mufti Haji Muhammd As’ad. Beliau adalah salah seorang yang sempat mendulang dan mendapat ilmu dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari datu beliau dan dari ayah beliau yang merupakan seorang mufti, seorang yang berilmu lagi mengamalkan ilmunya, rendah hati, pemurah, penyabar, di segani, berpantang (wara’) lagi berani menegakkan kebenaran dan membasmi kebatilan.

Beliau mendapat tugas untuk menyebarkan agama islam di daerah Balimau. Dengan ilmu yang beliau miliki dari hasil belajar dengan datu nenek beliau yang berpengatahuan yang luas, beliau melakukan dakwah. Setiap kali beliau menyampaikan pengajian selalu di sambut dengan penuh suka cita oleh murid beliau serta masyarakat daerah Balimau.

Beliau merupakan anak ketiga dari 12 orang bersaudara dari keturunan mufti Haji Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Haji Muhammad Arsyad Al-Banjari. Adapun anak Haji Muhammad As’ad adalah sebagai berikut :

‘ Alimu ‘Allama Haji Abu Thalhah. Wafat dan di Makamkan di Tenggarong, Kutai, Kalimantan Timur.
‘ Alimul ‘Allamah Haji Abu Hamid. Wafat dan di makamkan di ujung Pandaran, Sampit, Kalimantan Tengah.
‘ Alimul ‘ Allamah Haji Ahmad. Wafat dan dimakamkan di Balimau, Kandangan, Kalimantan Selatan
Alimul ‘Allamah Haji Muhammad Arsyad. Wafat dan di makamkan di Pagatan, Tanah Laut. Kalimantan Selatan
‘ Alimuln’ Allamah Haji Sa’duddin. Wafat dan di makamkan di Kampung Taniran Kubah, Kandangan, Kalimantan Selatan.
Saudah
Rahmah
Saidah
Shalehah
Sunbul
Limir
Afiah

Kono menurut cerita masyarakat makam beliau yang sekarang, yang terletak di daerah Balimau, adalah bukan tempat beliau di makamkan kali pertama. Dahulunya setelah beliau wafat dimakamkan di satu tempat namun makam tersebut tanpa di ketahui telah hilang, tapi pada satu malam terlihat satu cahaya terang benderang dari tempat makam beliau pertama ke tempat makam beliau yang ada sekarang ini belum terlacak selurunnya.
     
Sekarang makam Datu Ahmad Balimau termasuk dalam daftar obyek wisata religius untuk kabupaten Hulu Sungai Selatan.
 

Fahrurraji Asmuni

Sabtu, 24 Mei 2014

KSB UNLAM pada Acara Festival Seni dan Budaya di Jakarta


          Sabtu, 16 November 2013 hari itu adalah hari di mana kami dari UKM Kampoeng Seni Boedaja Universitas Lambung Mangkurat ikut serta pada acara Festival Seni dan Budaya di Jakarta, pada acara tersebut kami memainkan alat musik etnik dari daerah kami Kalimantan Selatan dengan membawakan lagu-lagu etnik Indonesia. Adapun alat musik yang kami mainkan yaitu Panting, Babon, Unggut, Saron 1, Saron 2, Gong, Gigincai, dan di tambah dengan alat musik Modern seperti Gitas Akustik, Bass Elektrik, Recorder dan Biola. banyak pengalaman dan pelajaran yang dapat kami ambil pada saat itu, di antaranya kami menemukan teman-teman baru dari berbagai daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi, Lampung, DLL. Tak henti-henti Puji syukur  pun  kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami karena pada hari itu Allhamdulillah kami di berikan Piagam Penghargaan dari Mentri Pemuda dan Olahraga yaitu Bapa Roy Suryo. Selain itu kami juga menyumbangkan sebuah tarian Melayu Klasik Banjar yang di buat oleh Paman Hasby Rifani.

Ini foto-foto pada saat Festival Seni dan Budaya di Jakarta







Tari Melayu Klasik Banjar


Asal Mula KSB UNLAM

            Kalimantan Selatan adalah salah satu bagian pulau yang ada di Indonesia, yang dianugrahi dengan berbagai kelebihan dan kuantitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah ruah, maka dari itu tidak salah kalau kalimantan selatan bisa dikatakan daerah yang kaya. Kekayaan tersebut juga dapat dilihat pada keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan kesenian tradisi yang juga dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut.
Sayangnya di kalimantan selatan banyak unsur-unsur budaya, adat istiadat, dan kesenian tradisi yang hampir punah karena lekang oleh zaman dan terpengaruholeh masuknya kebudayaan asing melalui arus gloobalisasi yang berpangkal pada majunya teknologi dan informasi. Sungguh sebuah keadaan yang memprihatinkan jika dulu masyarakat kita kalimantan selatan masih menjalankan adat seperti ritual-ritual yang dilakukan dalam sebuah prosesi perkawinan seperti bamandi-mandi, pangantin bausung, dan pangantin baarak bakarita. Juga ritual-ritual lain seperti batapung tawar, dan seterusnya. Sementara pada bidang kesenian kita mengenal istilah-istilah seperti balamut, bagandut, bakisah, dundam, wayang gong, kuda gepang, musik panting, manoping dan lain-lain. Akan tetapi sekarang ini hal-hal tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat tanpa adanya usaha yang mengarah pada pelestarian adat dan budaya tersebut.
           Persoalan mencintai, memelihara dan mengembangkan budaya tidak pernah selesai dibicarakan, meskipun selalu dikomunikasikan sebagai bentuk kepedulian. Tetapi setiap dibicarakan atau didiskusikan semakin sulit untuk merealisasikannya dalam bentuk tindakan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dalam keadaan pertahanan budaya yang rapuh dan semakin ditinggalkan masyarakat pendukungnya, memang harus ada upaya konkret yang dapat mengembalikan kesadaran budaya agar warisan budaya sebagai identitas suku bangsa tetap terpelihara dengan baik.
Sesungguhnya warisan budaya merupakan identitas suku bangsa yang berbudaya, sumber inspirasi dan penguat jati diri bahkan sebagai sumber ekonomi. Kini warisan budaya yang bernilai tinggi tersebut banyak yang tergusur karena kitatidak bangga lagi, tidak ada rasa memiliki dan cukup menyedihkan tidak tertarik untuk mengembangkan serta menyesuaikannya dengan tuntunan keadaan. Oleh karenanya upaya untuk mengungkapkan warisan budaya yang diyakini dapat menggugah peningkatan kreativitas dan sekaligus mempertahankan identitas suku bangsa yang berbudaya luhur itu perlu dilakukan sebagai wujud kesadaran budaya.
             Berangkat dari segelintir permasalahan dan kegelisahan diatas, sudah saatnya mahasiswa sebagai agen perubahan sosial untuk bergerak dan lebih intens mengeksplorasi kreativitas dalam sebuah wadah guna melestarikan khazanah dan warisan budaya sebagai perwujudan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
Dimapa garang???
Nang ngaran Kampung Seni dan Budaya jadi handak diulah…
Nah…nang damia dangsanakai. Kampung seni dan budaya dibari ngaran, kampung seni dan budaya naya merupakan sebagai wadah dalam malastariakan, mangambangakan, dan maasah minat bakat mahasiswa dalam hal seni dan budaya tradisional kalimantan selatan, lawan kada maninggalakan jua seni dan budaya nasional/mudirin. Kampung seni dan budaya naya marupaakan badan koordinasi dari Unit Kerja Mahasiswa di Fakultas-Fakultas nang ada di Universitas Lambung Mangkurat dalam bidang seni dan budaya, lawan jua dalam kampung seni dan budaya naya kadada istilah nang ”BARARAJAAN LAWAN BAHAHARATAN”, samunyaan sama pada saniman nang tulus dan ikhlas dalam malastariakan adat tradisi laluhur.
Sejarah Berdirinya Kampoeng Seni Boedaja
Kampung seni dan budaya terbentuk dari hasil diskusi-diskusi kecil yang dilakukan oleh Hasby R, Bambang E.H, Adie R, M.Rizal M dan Maulidi NB.